PT Kumala Kencana Kreasindo

Bagaimana Sistem MEP Melindungi Gedung Anda dari Kebakaran?

Keselamatan gedung beserta penghuninya selalu menjadi prioritas utama, termasuk keselamatan dari bahaya kebakaran.

Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk memiliki sistem MEP (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing) yang komprehensif dan mempertimbangkan berbagai bahaya kebakaran yang mungkin terjadi.

Sistem MEP dapat membantu memastikan keselamatan penghuni gedung dan properti terlindungi dari kerusakan akibat kebakaran.

Lalu, bagaimana sistem MEP dapat melindungi gedung Anda dari kebakaran?

Simak informasinya berikut.

1. Sistem Deteksi Dini (Elektrikal)

Pada desain MEP, terdapat sistem elektrikal yang berperan sebagai “indra” pertama yang mendeteksi bahaya.

Anda dapat mendeteksinya dengan memastikan sistem proteksi kebakaran bangunan terpasang dan berfungsi dengan baik.

Hal ini mencakup perancangan dan pemasangan sistem alarm kebakaran, sprinkler, dan detektor asap.

Selain itu, Anda perlu memeriksa sistem ventilasi bangunan dirancang dengan baik untuk mencegah penyebaran asap jika terjadi kebakaran.

Pemasangan Detektor Asap dan Panas

Pemasangan detektor asap dan panas berfungsi sebagai pemicu awal alarm, sehingga dapat memberikan waktu krusial untuk evakuasi penghuni.

Sistem detektor asap kebakaran penting untuk semua jenis bangunan, terutama pabrik atau bangunan dengan potensi asap tinggi.

Sistem ini tidak hanya memberikan peringatan dini kepada penghuni, tetapi juga menjadi bagian dari sistem proteksi kebakaran, sistem sektorisasi, atau sistem ekstraksi asap.

Peran Panel Kontrol Alarm Kebakaran (MCFA)

Panel kontrol alarm kebakaran atau Master Control Fire Alarm (MCFA) berfungsi sebagai “otak” sistem yang menerima sinyal dari detektor dan mengaktifkan semua respons.

Dalam penerapannya, MCFA dapat menerima sinyal dari berbagai detektor (seperti detektor asap, panas, dan lainnya, lalu mengolah informasi tersebut.

Kemudian, MCFA akan mengaktifkan alarm serta sistem pemadaman untuk mempermudah evakuasi.

2. Sistem Peringatan dan Evakuasi (Elektrikal)

Sistem peringatan dan evakuasi elektrikal menggunakan detektor asap, panas, atau gas.

Peringatan jenis ini mampu mendeteksi potensi bahaya seperti kebakaran atau kebocoran gas yang dapat mengancam sistem kelistrikan.

Setelah bahaya terdeteksi, sistem akan mengaktifkan alarm atau sistem peringatan lainnya, seperti pengeras suara, lampu, atau notifikasi melalui aplikasi seluler.

Hal ini berguna untuk memberitahu penghuni gedung tentang situasi darurat.

Beberapa perangkat yang dapat menunjang sistem ini antara lain:

Aktivasi Alarm Bell dan Lampu Strobo

Alarm bell dan lampu strobo berfungsi untuk memberikan sinyal audio dan visual yang jelas di seluruh area gedung.

Alarm bell berfungsi sebagai penanda suara yang memberikan peringatan dini tentang potensi kebakaran.

Sementara itu, lampu strobo berfungsi sebagai penanda visual yang berkedip terang, terutama untuk menarik perhatian orang-orang yang mungkin sulit mendengar suara bel.

Misalnya, bagi mereka yang memiliki gangguan pendengaran atau berada di lingkungan bising.

Sistem Tata Suara Evakuasi (EVAC System)

Sistem tata surya evakuasi atau Emergency Voice Alarm Communication System (EVAC System) berguna untuk memberikan instruksi suara yang terarah dan jelas saat proses evakuasi.

EVAC System berfungsi mengirim informasi tentang jenis bahaya, jalur evakuasi yang harus diikuti, dan tindakan yang perlu diambil oleh penghuni.

Sistem EVAC terintegrasi dengan sistem deteksi kebakaran atau sistem peringatan dini lainnya, sehingga memungkinkan pemantauan real-time terhadap situasi darurat.

Lampu Darurat dan Penunjuk Arah Keluar

Lampu darurat berfungsi untuk memberikan penerangan di area-area penting seperti jalur evakuasi, tangga, pintu keluar, dan peralatan pemadam kebakaran.

Hal ini akan memudahkan orang untuk keluar dari gedung dengan aman.

Sementara itu, penunjuk arah keluar (exit signs) menunjukkan arah menuju pintu keluar terdekat, terutama saat kondisi gelap atau berasap.

Lampu darurat dan penunjuk arah keluar juga menerangi jalur evakuasi secara otomatis saat pasokan listrik utama gedung padam.

3. Sistem Pemadaman Aktif (Mekanikal dan Plumbing)

Sistem pemadam kebakaran aktif (mekanikal dan plumbing) bekerja dengan mendeteksi dan merespons kebakaran secara otomatis melalui kombinasi detektor, alarm, dan alat pemadam.

Selain itu, sistem ini juga dirancang untuk mengendalikan dan memadamkan api sebelum api meluas.

Beberapa perangkat pemadaman aktif (mekanikal dan plumbing) antara lain:

Jaringan Pipa Hidran Gedung

Jaringan ini berperan dalam menyediakan pasokan air bertekanan untuk tim pemadam kebakaran.

Pipa hidran dan jaringannya terhubung dengan sumber air dan pompa yang memastikan air dialirkan dengan tekanan tinggi ke titik-titik yang dibutuhkan, seperti hydrant pillar atau box hidran di dalam gedung.

Pipa-pipa ini dirancang untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran dalam mengakses sumber air dan menyambungkan selang pemadam kebakaran.

Dengan pasokan air yang cukup dan tekanan yang tepat, petugas dapat memadamkan api lebih cepat dan efektif, serta meminimalkan dampak kebakaran.

Sistem Sprinkler Otomatis

Sistem sprinkler otomatis dirancang hanya aktif di area yang terkena panas untuk memadamkan api secara lokal dan efisien.

Setiap kepala sprinkler tersebut memiliki elemen sensor panas, biasanya berupa bola kaca berisi cairan yang mengembang saat terkena panas.

Jika ada api yang muncul, panas yang dihasilkan menyebabkan cairan dalam bola kaca memuai hingga pecah.

Pecahnya bola kaca tersebut membuka saluran air, dan air dari sistem perpipaan akan menyembur keluar untuk memadamkan api di area tersebut.

Pompa Pemadam Kebakaran (Fire Pump)

Pompa pemadam kebakaran (fire pump) berperan sebagai “jantung” sistem hidran dan sprinkler.

Hal ini karena fire pump akan memastikan tekanan air yang cukup dan stabil dalam sistem pemadam kebakaran.

Selain itu, fire pump juga memastikan air terdistribusi secara merata dan efisien ke seluruh jaringan pipa, termasuk ke hydrant pillar, selang pemadam (hose reel), dan sprinkler.

4. Sistem Pengendalian Asap (Mekanikal)

Sistem ini menjadi adalah aspek penting untuk menjaga jalur evakuasi tetap aman digunakan.

Cara kerjanya dengan membantu mengendalikan pergerakan asap, mencegahnya menyebar ke area yang seharusnya digunakan sebagai jalur evakuasi.

Oleh karena itu, sistem ini dapat memastikan visibilitas yang cukup di jalur evakuasi, sehingga memungkinkan orang dapat melihat dan bergerak dengan aman.

Beberapa alat pada sistem pengendalian asap (mekanikal) antara lain:

Kipas Penekan Asap (Pressurization Fan)

Pressurization Fan berfungsi menjaga area vital seperti tangga darurat agar bebas dari asap dengan memberikan tekanan udara positif.

Kipas penekan asap biasanya dipasang pada sistem ventilasi darurat dan dihubungkan dengan saluran udara khusus yang mengarah ke area yang perlu dilindungi dari asap.

Sistem kipas penekan asap biasanya terdiri dari kipas, motor, saluran udara, dan sistem kontrol yang memastikan kipas beroperasi dengan benar.

Kipas Pembuang Asap (Smoke Spill Fan)

Smoke spill fan berperan dalam menyedot dan membuang asap, panas, hingga gas berbahaya keluar dari area yang terbakar.

Selain untuk kebakaran, kipas ini juga dapat digunakan dalam sistem ventilasi umum untuk menghilangkan udara kotor, panas, dan lembab dari dalam ruangan.

5. Isolasi Sistem Gedung Lainnya (Elektrikal & Mekanikal)

Dalam konteks mengisolasi sistem gedung lainnya, beberapa sistem MEP dirancang untuk berhenti beroperasi atau beroperasi dalam mode tertentu untuk meminimalkan risiko.

Contohnya adalah sistem ventilasi yang akan mati untuk mencegah penyebaran asap, dan sistem pemadam kebakaran yang akan aktif untuk memadamkan api.

Penghentian Sistem Ventilasi (HVAC)

Saat terjadi kebakaran, sistem ventilasi (HVAC) harus mematikan AHU (Air Handling Unit) atau ventilasi umum secara otomatis agar tidak menyebarkan asap ke seluruh gedung.

Hal ini karena ketika sistem ventilasi dimatikan, asap hanya akan berada di satu area, sehingga memudahkan proses evakuasi penghuni gedung.

Pengendalian Lift dan Akses

Ketika terjadi keadaan darurat di gedung dan akses lift terhambat, Anda jangan panik.

Lift memiliki sistem otomatis yang dirancang untuk kembali ke lantai dasar dan membuka pintunya menggunakan sensor dan kontrol berbasis PLC (Programmable Logic Controller).

Sistem ini bekerja dengan mendeteksi posisi lift, memproses permintaan, dan mengontrol aktuator pintu.

Kemudian, sensor akan mendeteksi posisi lift dan mengirimkan informasi ini ke PLC.

Lalu, PLC akan memproses permintaan dan mengontrol motor lift untuk bergerak ke lantai tujuan, serta mengontrol pintu lift untuk membuka dan menutup.

Dengan demikian, evakuasi penghuni gedung dapat berjalan lebih cepat.